Quotes Novel Dilan Dia adalah Dilan ku tahun 1990
“Aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin.” –Dilan-
“Beniku keren, kau harus tahu itu.” –Milea-
“Milea, kamu cantik. Tapi, aku belum mencintaimu. Enggak
tahu kalau sore. Tunggu aja.” –Dilan-
“Pemberitahuan : Sejak sore kemaren, aku sudah mencintaimu.”
–Dilan-
“Percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh.
Kamu gak akan denger.” –Dilan-
“Selamat tidur juga, Dilan.” –Milea-
“Apa yang dia lakukan benar-benar istimewa, sesuatu yang
berbeda yang tidak pernah terpikir orang lain. Sesuatu yang selalu berhasil
untuk membuatku merasa sangat dicintai, merasa sangat dihargai dengan cara
istimewa dan dengan cara yang tidak biasa.” –Milea-
“Kalau aku pernah sangat jengkel ke Dilan, maka catat,
itulah harinya!” –Milea-
“Tapi biar bagaimanapun, itu adalah harinya, di mana dan
kapan pun, setiap aku mengingatnya, aku akan langsung tersenyum.” –Milea-
“Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu,
nanti, besoknya, orang itu akan hilang.” –Dilan-
“Malam ini, kalau mau tidur, jangan ingat aku, ya. Tapi
kalau mau, silahkan.” –Dilan-
“Kalau ada apa-apa, panggil aku. Pasti gak akan kedenger.”
–Dilan-
“Oh, bukan suka, maksudku aku mau bilang: harap maklum
karena aku mencintainya!” –Milea-
“Hujan teruslah turun. Mari, temani air mataku.” –Milea-
“Selamat tidur juga, Dilan. Aku rindu kamu. Kau dengar ini,
Dilan?” –Milea-
“Nah, terima gue yang lagi mencintai seseorang?” –Milea-
“Kamu tahu gak nama jalan ini sudah kuganti. Jalan Milea.”
–Dilan-
“Dilan … kamu di mana? Ini hujan.”
Sunyi menjadi makin kuat, menguasaiku. Kau tahu rasanya apa?
Menekan perasaan. Dan, air yang datang dari mataku membuat sungai kecil di
pipiku:
“Dilan, maaf….” –Milea-
“Kamu pintar, Dilan. Kamu juga menghibur.” –Ibu Rini
“Aku ingin anakku punya guru macam dia.” –Dilan-
“Aku bukan jagoan, Lia. Aku hanya melawan.” –Dilan-
“Terima kasih, Bunda, sudah melahirkan Dilan.” –Milea-
“Katanya, perempuan gak suka ditanya.” –Dilan-
“Aku tidak tahu kata-kata apa yang tepat untuk mengungkapkan
rasa senangku. Mudah-mudahan kamu bisa merasakan supaya aku tidak perlu
menjelaskan.” –Milea-
“Kamu yang menang. Karena… Aku ingin kamu yang menang.”
–Milea-
“Biarkan aku memilih dan memiliki kesenangan sendiri. Aku
tak pernah ingin mengganggumu, jangan juga kau ganggu aku.” –Milea-
Dilan :“Kamu rindu
aku semalam.”
Milea :“Kalau
enggak?”
Dilan :“Berarti
kamu bohong.” –Dilan-
“Rasanya seperti sebuah perjuangan yang harus ia tempuh demi
bisa membuat aku merasa istimewa.” –Milea-
“Mungkin kamu tidak mencintai dirinya. Mungkin kamu tidak
menyukai dirinya, tapi syukurlah kalau begitu, sehingga aku tidak perlu
bersaing dengan mu untuk bisa memilikinya.” –Milea-
Dilan :”Aku gak
enak ke ibumu.”
Milea :”Kenapa?”
Dilan :”Tadi, dia
titip salam buat Bunda.”
Milea :”Terus?”
Dilan :”Lupa gak
kebawa.” –Dilan-
Dilan :”Nah,
sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan, jangan rindu.”
Milea :”Kenapa?”
Dilan :”Berat. Kau
gak akan kuat. Biar aku saja.” –Dilan-
Milea :”Iya. Kamu
tau aku nyari kamu kenapa?”
Dilan :”Rindu.”
Milea :”Iya.”
–Milea-
Bersama Dilan, bumi menjadi tempat yang cocok untuk aku
ingin tinggal selama-lamanya! Dan hidup jadi menarik untuk aku lebih dari apa
pun. Aku, tidak salah lagi, mencintainya secara permanen. –Milea-
Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan, dan dukungan.
Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli. –Milea-
Pokoknya aku suka Dilan, Dilan nya Milea, Dilan nya Pidi
Baiq juga.
Sekian~~~
Komentar
Posting Komentar